3 Jenis Adaptasi terhadap Lingkungan (dengan Contoh)

Tiga jenis adaptasi terhadap lingkungan dalam biologi adalah proses yang dilakukan oleh organisme hidup. Ini dapat disajikan pada tingkat fisiologis, dalam sifat anatomi atau morfologis dan / atau dalam perilaku organisme yang telah berkembang melalui seleksi alam.

Adaptasi terhadap lingkungan adalah proses alami dan perlu karena organisme perlu menemukan cara untuk beradaptasi dengan kondisi yang secara bertahap atau tiba-tiba berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Mereka melakukan ini untuk bertahan hidup.

Efisiensi ekologis dan fisiologis terbesar yang dapat dikembangkan suatu organisme dalam adaptasi. Karakter dianggap adaptasi ketika dikembangkan sebagai respons terhadap agen selektif tertentu dalam lingkungan tertentu.

Organisme, dari mikroba hingga tumbuhan dan hewan, mendiami lingkungan yang dapat berubah menjadi lebih kering, lebih hangat, lebih dingin, lebih asam, lebih gelap dan lebih cerah, dengan jumlah variabel yang hampir tak terbatas.

Organisme dengan keunggulan genetik, seperti mutasi yang membantu mereka bertahan dalam kondisi baru, mentransmisikan perubahan ke keturunan, dan menjadi dominan dalam populasi untuk mengekspresikan diri sebagai adaptasi.

Jenis-jenis adaptasi diklasifikasikan dengan cara-cara yang dapat diamati atau diukur, tetapi perubahan genetik adalah dasar dari semua adaptasi.

Jenis adaptasi dengan lingkungan dan karakteristik

Tiga tipe dasar adaptasi, berdasarkan bagaimana perubahan genetik diekspresikan, adalah penyesuaian struktural, fisiologis dan perilaku.

Dalam masing-masing jenis ini, proses yang berbeda dilakukan. Sebagian besar organisme memiliki kombinasi ketiganya.

Morfologis dan struktural

Adaptasi ini bisa bersifat anatomi, termasuk warna mimikri dan samar.

Untuk bagiannya, mimikri mengacu pada kesamaan eksternal yang dapat dikembangkan oleh beberapa organisme untuk meniru karakteristik lain yang lebih agresif dan berbahaya untuk mengusir mereka.

Misalnya, ular coralillo beracun. Mereka dapat dikenali dari warna-warna cerahnya yang khas. Di sisi lain, ratu ular gunung tidak berbahaya, meski begitu, warnanya membuatnya terlihat seperti coralillo.

Penampilan suatu organisme dimodelkan melalui adaptasi struktural tergantung pada lingkungan di mana ia berkembang.

Misalnya, rubah gurun memiliki telinga besar untuk radiasi panas dan rubah Kutub Utara memiliki telinga kecil untuk mempertahankan panas tubuh.

Berkat pigmentasi bulu mereka, beruang kutub putih disamarkan di atas gumpalan es dan jaguar yang terlihat di bayangan belantara hutan.

Tumbuhan juga menderita karena perubahan ini. Pohon dapat memiliki kulit gabus untuk melindungi diri dari kebakaran hutan.

Modifikasi struktural mempengaruhi organisme pada tingkat yang berbeda, dari artikulasi lutut hingga kehadiran otot terbang besar dan penglihatan akut untuk burung predator.

Fisiologis dan fungsional

Jenis adaptasi ini melibatkan perubahan organ atau jaringan. Mereka adalah perubahan fungsi tubuh untuk memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan.

Bergantung pada kimia tubuh dan metabolisme, adaptasi fisiologis biasanya tidak tampak.

Contoh jelas dari jenis adaptasi ini adalah hibernasi. Ini adalah keadaan mengantuk atau lesu di mana banyak hewan berdarah panas lewat di musim dingin.

Perubahan fisiologis yang terjadi selama periode hibernasi sangat berbeda tergantung pada spesies.

Adaptasi fisiologis dan fungsional akan menjadi, misalnya, ginjal yang paling efisien untuk hewan gurun seperti unta, senyawa yang mencegah pembekuan darah dalam air liur nyamuk atau adanya racun dalam daun tanaman untuk mengusir mereka. herbivora

Studi laboratorium yang mengukur kandungan darah, urin, dan cairan tubuh lain yang melacak jalur metabolisme atau studi mikroskopis dari jaringan organisme sering diperlukan untuk mengidentifikasi adaptasi fisiologis.

Terkadang sulit untuk mendeteksi mereka jika tidak ada nenek moyang yang sama atau spesies terkait erat yang dapat digunakan untuk membandingkan hasilnya.

Etologis atau perilaku

Adaptasi ini mempengaruhi cara organisme hidup bertindak karena berbagai penyebab seperti memastikan reproduksi atau makanan, mempertahankan diri dari pemangsa atau mengubah habitat ketika kondisi lingkungan tidak memadai.

Di antara adaptasi perilaku kami menemukan migrasi, yang mengacu pada mobilisasi hewan secara periodik dan masif dari area alami reproduksi ke habitat lain.

Perpindahan ini terjadi sebelum dan sesudah musim kawin. Hal yang aneh tentang proses ini adalah bahwa di dalamnya perubahan lain dikembangkan yang bisa anatomi dan fisiologis seperti yang terjadi pada kupu-kupu, ikan, dan kupu-kupu.

Perilaku lain yang dapat berubah adalah pacaran atau pacaran. Variannya bisa sangat kompleks. Tujuan dari hewan adalah untuk mendapatkan pasangan dan mengarahkannya ke kawin.

Sebagian besar spesies memiliki perilaku berbeda yang dianggap ritual selama periode penggandengan. Ini termasuk memamerkan, menghasilkan suara atau menawarkan hadiah.

Dengan demikian, kita dapat mengamati bahwa beruang berhibernasi untuk menghindari dingin, burung dan paus bermigrasi ke iklim yang lebih hangat ketika musim dingin dan hewan gurun aktif pada malam hari selama cuaca musim panas. Contoh-contoh ini adalah perilaku yang membantu hewan bertahan hidup.

Seringkali, adaptasi perilaku mengambil studi yang cermat dari lapangan dan laboratorium untuk menjelaskannya. Mereka biasanya melibatkan mekanisme fisiologis.

Jenis adaptasi ini juga diamati pada manusia. Ini menggunakan adaptasi budaya sebagai bagian dari adaptasi perilaku.

Misalnya, di mana orang yang tinggal di lingkungan tertentu belajar cara memodifikasi makanan yang mereka butuhkan untuk mengatasi iklim yang diberikan.