Apa 4 Teori Belajar?

Teori belajar menjelaskan perubahan yang terjadi pada perilaku karena praktik dan bukan pada faktor-faktor lain seperti perkembangan fisiologis. Beberapa teori muncul sebagai reaksi negatif terhadap yang sebelumnya, yang lain berfungsi sebagai dasar untuk pengembangan teori-teori kemudian dan yang lainnya hanya berurusan dengan konteks pembelajaran tertentu.

Berbagai teori belajar dapat dikelompokkan ke dalam empat perspektif umum:

  • Ini berfokus pada perilaku yang dapat diamati.
  • Belajar sebagai proses mental murni.
  • Emosi dan pengaruh memiliki peran dalam pembelajaran.
  • Pembelajaran sosial Manusia belajar lebih baik dalam kegiatan kelompok.

4 teori belajar sesuai dengan perspektif Anda

Perspektif perilaku

Didirikan oleh John B. Watson, behaviorisme mengasumsikan bahwa pelajar pada dasarnya pasif dan hanya menanggapi rangsangan dari lingkungan di sekitarnya. Magang dimulai sebagai tabula rasa, benar-benar kosong, dan perilaku dibentuk melalui penguatan positif atau negatif.

Kedua jenis penguatan meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku yang mendahuluinya akan diulang lagi di masa depan. Sebaliknya, hukuman (baik positif maupun negatif) mengurangi kemungkinan perilaku muncul kembali.

Salah satu keterbatasan paling jelas dari teori-teori ini adalah studi hanya perilaku yang dapat diamati, mengesampingkan proses mental yang sangat penting ketika belajar.

Kata "positif" dalam konteks ini menyiratkan penerapan stimulus, dan "negatif" menyiratkan penarikan stimulus. Oleh karena itu, pembelajaran didefinisikan dari perspektif ini sebagai perubahan dalam perilaku pelajar.

Banyak investigasi pertama dari behavioris dilakukan dengan hewan (misalnya, karya anjing Pavlov) dan digeneralisasi untuk manusia. Behaviorisme, yang merupakan pendahulu teori kognitif, memberikan teori pembelajaran seperti pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.

Konsep "pengondisian klasik" telah memiliki pengaruh besar di bidang psikologi, meskipun orang yang menemukannya bukanlah seorang psikolog. Ivan Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia, menemukan konsep ini melalui serangkaian percobaan dengan sistem pencernaan anjing-anjingnya. Dia menyadari bahwa anjing-anjing mengeluarkan air liur segera setelah mereka melihat asisten laboratorium, sebelum diberi makan.

Tetapi bagaimana tepatnya pengkondisian klasik menjelaskan pembelajaran? Menurut Pavlov, pembelajaran terjadi ketika asosiasi terbentuk antara stimulus yang sebelumnya netral dan stimulus yang terjadi secara alami.

Dalam eksperimennya, Pavlov mengaitkan stimulus alami yang membentuk makanan dengan bunyi bel. Dengan cara ini, anjing-anjing mulai mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap makanan tetapi, setelah beberapa kali asosiasi, anjing-anjing hanya mengeluarkan air liur hanya dengan suara bel.

Pengondisian operan, sementara itu, pertama kali dijelaskan oleh psikolog perilaku BF Skinner. Skinner percaya bahwa pengondisian klasik tidak dapat menjelaskan semua jenis pembelajaran dan lebih tertarik untuk mempelajari bagaimana konsekuensi dari tindakan mempengaruhi perilaku.

Seperti pengkondisian klasik, operan juga berurusan dengan asosiasi. Namun, dalam jenis pengkondisian ini, asosiasi dibuat antara perilaku dan konsekuensi dari itu.

Ketika suatu perilaku mengarah pada konsekuensi yang diinginkan, itu lebih cenderung terulang lagi di masa depan. Jika tindakan mengarah ke hasil negatif, maka perilaku mungkin tidak akan terulang lagi.

Ketika para peneliti menemukan masalah dalam konsep perilaku, teori-teori baru mulai muncul, mempertahankan beberapa konsep tetapi menghilangkan yang lain. Neobehavioris menambahkan ide-ide baru yang, kemudian, dikaitkan dengan perspektif kognitif pembelajaran.

Perspektif kognitif

Kognitif memberikan pikiran dan proses mental pentingnya bahwa behaviorisme tidak memberikannya; Mereka percaya bahwa pikiran harus dipelajari untuk memahami bagaimana kita belajar. Bagi mereka, magang adalah pemroses informasi, seperti komputer. Perspektif ini menggantikan behaviorisme sebagai paradigma utama di tahun 1960-an.

Dari perspektif kognitif, proses mental seperti pikiran, memori dan pemecahan masalah harus dipelajari. Pengetahuan dapat dilihat sebagai skema atau sebagai konstruksi mental simbolis. Belajar, dengan cara ini, didefinisikan sebagai perubahan dalam skema magang.

Visi pembelajaran ini muncul sebagai respons terhadap behaviorisme: manusia bukanlah "hewan terprogram" yang hanya merespons rangsangan lingkungan. Sebaliknya, kita adalah makhluk rasional yang membutuhkan partisipasi aktif untuk belajar dan yang tindakannya merupakan konsekuensi pemikiran.

Perubahan perilaku dapat diamati, tetapi hanya sebagai indikator dari apa yang terjadi di kepala orang tersebut. Kognitivisme menggunakan metafora pikiran sebagai komputer: informasi masuk, diproses dan mengarah ke hasil tertentu dalam perilaku.

Teori pemrosesan informasi ini, yang pendirinya adalah psikolog Amerika George A. Miller, sangat berpengaruh dalam penjabaran teori-teori selanjutnya. Diskusikan bagaimana pembelajaran terjadi, termasuk konsep-konsep seperti perhatian dan memori dan membandingkan pikiran dengan pengoperasian komputer.

Teori ini telah berkembang dan berkembang selama bertahun-tahun. Misalnya, Craik dan Lockhart menekankan bahwa informasi diproses dengan berbagai cara (melalui persepsi, perhatian, pelabelan konsep dan pembentukan makna), yang memengaruhi kemampuan untuk mengakses informasi nanti.

Teori lain yang terkait dengan pembelajaran dalam perspektif kognitif adalah teori kognitif Mayer tentang pembelajaran multimedia. Teori ini menyatakan bahwa orang belajar dengan cara yang lebih mendalam dan bermakna dari kata-kata yang dikombinasikan dengan gambar daripada dari kata-kata saja. Ini mengusulkan tiga asumsi utama mengenai pembelajaran multimedia:

  1. Ada dua saluran terpisah (pendengaran dan visual) untuk memproses informasi.
  2. Setiap saluran memiliki kapasitas terbatas.
  3. Belajar adalah proses aktif untuk memfilter, memilih, mengatur dan mengintegrasikan informasi berdasarkan pengetahuan sebelumnya.

Manusia dapat memproses informasi dalam jumlah terbatas melalui saluran pada waktu tertentu. Kami memahami informasi yang kami terima dengan secara aktif menciptakan representasi mental.

Teori kognitif pembelajaran multimedia menyajikan gagasan bahwa otak tidak menafsirkan presentasi multimedia kata-kata, gambar, dan informasi pendengaran secara eksklusif; Sebaliknya, elemen-elemen ini dipilih dan diorganisasi secara dinamis untuk menghasilkan konstruksi mental yang logis.

Perspektif humanis

Humanisme, sebuah paradigma yang muncul dalam psikologi tahun 1960-an, berfokus pada kebebasan, martabat dan potensi manusia. Asumsi utama humanisme, menurut Huitt, adalah bahwa orang bertindak dengan kesengajaan dan nilai-nilai.

Gagasan ini bertentangan dengan apa yang ditegaskan oleh teori pengkondisian operan, yang berpendapat bahwa semua perilaku adalah hasil dari penerapan konsekuensi, dan keyakinan psikologi kognitif terkait dengan konstruksi makna dan penemuan pengetahuan, yang Mereka menganggap itu penting ketika datang ke pembelajaran.

Kaum humanis juga percaya bahwa penting untuk mempelajari setiap orang secara keseluruhan, terutama bagaimana ia tumbuh dan berkembang sebagai individu sepanjang hidupnya. Untuk humanisme, studi tentang diri, motivasi dan tujuan setiap orang adalah bidang minat tertentu.

Para pembela humanisme yang paling terkenal adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow. Menurut Carl Rogers, salah satu tujuan utama humanisme dapat digambarkan sebagai pengembangan orang yang otonom dan teraktualisasikan diri.

Dalam humanisme, pembelajaran berfokus pada siswa dan dipersonalisasi. Dalam konteks ini, peran pendidik adalah memfasilitasi pembelajaran. Kebutuhan afektif dan kognitif adalah kuncinya, dan tujuannya adalah untuk mengembangkan orang yang diaktualisasikan sendiri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif.

Sementara itu, Abraham Maslow, yang dianggap sebagai bapak psikologi humanistik, mengembangkan teori berdasarkan gagasan bahwa pengalaman adalah fenomena utama dalam studi perilaku dan pembelajaran manusia. Dia banyak menekankan pada kualitas yang membedakan kita sebagai manusia (nilai-nilai, kreativitas, kemampuan untuk memilih), sehingga menolak pandangan perilaku karena reduksionis sebagaimana adanya.

Maslow terkenal karena menyatakan bahwa motivasi manusia didasarkan pada hierarki kebutuhan. Tingkat kebutuhan terendah adalah kebutuhan fisiologis dan kelangsungan hidup dasar seperti rasa lapar dan haus. Level tertinggi termasuk menjadi bagian dari grup, cinta dan harga diri.

Alih-alih mengurangi perilaku menjadi respons dari lingkungan, seperti yang dilakukan oleh behavioris, Maslow mengadopsi perspektif holistik pada pembelajaran dan pendidikan. Maslow bertujuan untuk melihat semua kualitas intelektual, sosial, emosional dan fisik seorang individu dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi pembelajaran.

Penerapan hirarki kebutuhan mereka untuk bekerja di kelas sudah jelas: sebelum kebutuhan kognitif siswa dapat dipenuhi, kebutuhan mereka yang paling mendasar harus dipenuhi.

Teori pembelajaran Maslow menekankan perbedaan antara pengetahuan pengalaman dan pengetahuan penonton, yang dianggapnya lebih rendah. Pembelajaran eksperimental dianggap sebagai pembelajaran "otentik", yang menyebabkan perubahan signifikan dalam perilaku, sikap dan kepribadian orang.

Jenis pembelajaran ini terjadi ketika siswa menyadari bahwa jenis bahan untuk belajar akan berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah diusulkan. Pembelajaran ini diperoleh lebih banyak melalui praktik daripada teori, dan dimulai secara spontan. Sifat-sifat pembelajaran pengalaman meliputi:

  • Pencelupan dalam pengalaman tanpa kesadaran berlalunya waktu.
  • Berhentilah sadar diri sejenak.
  • Melampaui waktu, tempat, sejarah, dan masyarakat tanpa terpengaruh olehnya.
  • Gabungkan dengan apa yang Anda alami.
  • Bersikap polos menerima, seperti anak kecil, tanpa mengkritik.
  • Untuk sementara waktu menunda evaluasi pengalaman dalam hal kepentingannya.
  • Kurangnya hambatan.
  • Tangguhkan kritik, validasi, dan evaluasi pengalaman.
  • Percayai pengalaman yang membiarkannya terjadi secara pasif, tanpa dipengaruhi oleh gagasan yang terbentuk sebelumnya.
  • Putuskan sambungan dari kegiatan yang rasional, logis, dan analitis.

Perspektif pembelajaran sosial

Albert Bandura, seorang psikolog dan pendidik Kanada, percaya bahwa asosiasi dan bala bantuan langsung tidak dapat menjelaskan semua jenis pembelajaran. Bandura beralasan bahwa belajar akan jauh lebih rumit jika orang hanya mengandalkan hasil dari tindakan kita sendiri untuk mengetahui bagaimana bertindak.

Bagi psikolog ini, banyak pembelajaran terjadi melalui pengamatan. Anak-anak mengamati tindakan orang-orang di sekitar mereka, terutama pengasuh utama dan saudara mereka, dan kemudian meniru perilaku ini.

Dalam salah satu eksperimennya yang paling terkenal, Bandura mengungkapkan kemudahan yang dimiliki anak-anak dalam meniru perilaku, bahkan perilaku negatif. Sebagian besar anak-anak yang menonton video orang dewasa memukuli boneka meniru perilaku ini ketika diberi kesempatan.

Salah satu kontribusi paling penting dari karya Bandura adalah untuk membantah salah satu pernyataan behaviorisme. Dia menunjukkan bahwa belajar sesuatu tidak harus menghasilkan perubahan perilaku. Anak-anak sering belajar hal-hal baru melalui pengamatan, tetapi mereka tidak harus melakukan perilaku ini sampai ada kebutuhan atau motivasi untuk menggunakan informasi tersebut.

Pernyataan berikut adalah ringkasan yang bagus dari perspektif ini:

"Mengamati model yang melakukan perilaku yang ingin Anda pelajari, seorang individu membentuk ide tentang bagaimana komponen respons harus dikombinasikan dan diurutkan untuk menghasilkan perilaku baru. Dengan kata lain, orang membiarkan tindakan mereka dibimbing oleh gagasan yang sebelumnya telah mereka pelajari alih-alih mengandalkan hasil dari perilaku mereka sendiri. "