Apa itu Auskultasi Paru-Paru?

Auskultasi paru adalah teknik pemeriksaan fisik yang dengannya suara paru-paru khas dari siklus pernapasan terdengar: inspirasi (udara masuk ke paru-paru) dan kedaluwarsa (udara keluar dari tulang rusuk). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop.

Auskultasi paru dilakukan untuk mengevaluasi intensitas, frekuensi, jumlah, durasi dan kualitas suara pernapasan.

Ini adalah bagian dari pemeriksaan fisik rutin dan melalui pelaksanaannya dimungkinkan untuk memastikan atau mengesampingkan apakah pasien menderita penyakit pernapasan, dengan mendeteksi suara abnormal tepat waktu.

Melalui penggunaan stetoskop, dokter melihat dua jenis suara pernapasan yang diklasifikasikan sebagai normal. Ini adalah:

Suara bronkial

Mereka terdengar di atas pohon tracheo-bronchial, sehingga mereka memiliki nada yang lebih tinggi dan terdengar sangat jelas selama auskultasi. Suara bronkial yang dihasilkan selama inspirasi adalah sama dalam kadaluwarsa, dan jeda antara kedua proses sangat terlihat.

Suara vesikular

Mereka dipersepsikan langsung pada sangkar toraks, karena mereka diproduksi langsung pada jaringan paru-paru.

Suara-suara ini jauh lebih rendah dan lebih lembut dibandingkan dengan suara bronkial, dan tidak ada jeda yang jelas antara ekspirasi dan inspirasi. Selain itu, kedaluwarsa lebih pendek dari inspirasi.

Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam auskultasi paru

Selama auskultasi paru, dokter harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut: frekuensi dan amplitudo pernapasan, irama antara inspirasi dan ekspirasi, jika pasien bernafas dengan tenang atau dengan kesulitan, bagaimana ekspansi dada, keberadaan hidung melebar, antara lain pengamatan.

Auskultasi paru adalah teknik yang sangat efektif dalam diagnosis penyakit paru.

Selain itu, ini adalah ujian berbiaya rendah (hanya membutuhkan pengalaman dokter dan stetoskop), tidak invasif, mudah dilakukan dan sangat aman bagi pasien.

Dokter terkenal dari Yunani Kuno Hippocrates of Cos adalah pelopor auskultasi paru.

Dia memilih untuk meletakkan telinganya langsung di dada pasiennya, untuk mendengarkan suara yang dihasilkan oleh jantung dan paru-paru, dan menggambarkan metode ini sebagai "auskultasi langsung".

Namun, orang yang mengambil metode auskultasi ke tingkat berikutnya adalah dokter Prancis Rene Theophile Hyac Laënnec, yang pada pertengahan 1816 menciptakan silinder sepanjang 30 sentimeter untuk lebih baik mendengar suara yang dihasilkan oleh toraks pada pasien yang kelebihan berat badan, tanpa perlu melakukan auskultasi langsung.

Instrumen ini adalah pendahulu dari apa yang kita kenal sekarang sebagai stetoskop, instrumen kepala para dokter ketika melakukan pengangkatan.

Auskultasi paru sangat penting selama pemeriksaan medis dalam perawatan primer, karena berkat praktik ini dimungkinkan untuk melakukan diagnosis cepat dengan tingkat presisi yang sangat tinggi.

Bagian utara medis harus selalu menjadi pencegahan perkembangan patologi paru, agar selalu menjamin kesehatan dan integritas pasien.